Melemahnya rupiah terhadap USD
Artikel Ini
Dibuat Oleh:
Nama : Nadya Destiyanti P.
NPM : 26213293
Kelas : 3EB06
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia 2
Fakultas : EKONOMI
Jurusan : Akuntansi
Melemahnya
Rupiah terhadap USD
Mengapa
Rupiah bisa mencapai 14.300/USD?
Adanya perbaikan
ekonomi di Amerika Serikat, singkatnya Pada
tahun 2008, The Fed (Bank Sentral Amerika seperti BI Di Indonesia), Amerika Serikat menerapkan kebijakan Quantitative Easing (QE)
yaitu menyuntikan dana ke seluruh dunia dengan cara pembelian obligasi jangka
panjang dikarenakan terjadinya krisis ekonomi dari pasar finansial. Sejak
ekonomi negeri paman Sam membaik, The Fed memberhentikan stimulus (tapering off) pada awal 2014. Akibatnya, dana segar
dari negara yang semula disimpan di luar Amerika Serikat kembali lagi ke
asalnya. Oleh karenanya, jumlah dolar di Indonesia semakin menipis yang
menyebabkan rupiah terus terkoreksi dari nilai fundamentalnya.
Keputusan
pemerintah Tiongkok yang melakukan depresiasi atau yang disebut menurunkan nilai mata
uang Yuan. Langkah tersebut dilakukan Pemerintah Tiongkok untuk mempertahankan
kinerja ekspornya, yang menurun drastis sebesar 8,3% (yoy) pada Juli 2015, atau
merupakan penurunan terbesar dalam 4 bulan terakhir. Secara global, depresiasi
Yuan tersebut memberi dampak pada negara-negara mitra dagang Tiongkok yang
ekspornya mengandalkan sumber daya alam, termasuk Indonesia. Kebijakan depresiasi
seperti ini pernah dilakukan pemerintah Tiongkok pada tahun 1994, yang juga
berdampak pada perekonomian global saat itu.
Pada
tanggal 24/08/15 ada global
sell off, jadi pelaku pasar
modal dunia hampir semuanya sedang melepas sahamnya. Ini berdampak ke
Indonesia. Jadi kondisinya sedang dalam ketidakpastian. Dampaknya para investor asing pun
takut untuk menanamkan modal nya sembarangan yang mengakibatkan dollar di Indonesia
semakin berkurang. Kepemilikan asing
pada Surat Utang Negara (SUN) Indonesia sebanyak 38 persen atau sama dengan
negara tetangga, Malaysia. Namun lebih besar bila dibandingkan Thailand yang
hanya mencatatkan 13 persen-14 persen porsi kepemilikan asing pada surat
utangnya.
Begitupula dengan saham di Indonesia, porsi asing lebih banyak lagi sampai 60 persen. Jadi kalau sebanyak itu investor asing, investor asing keluar, ekonomi Indonesia Goyah. Secara umum, hampir seluruh mata uang global mengalami depresiasi. Sebagai ilustrasi, mata uang Ringgit Malaysia melemah sebesar 13,3% (ytd), Korean Won melemah sebesar 7,9% (ytd) , Thailand Baht melemah sebesar 7,4% (ytd), Yen Jepang melemah 4,8% (ytd), Euro melemah sebesar 8,9% (ytd), Brasilian Real melemah 29,4% (ytd), dan Australian Dolar melemah sebesar 10,6% (ytd). Sementara Rupiah dari Januari hingga Minggu I Agustus 2015 melemah sebesar 9,8% (ytd).
Begitupula dengan saham di Indonesia, porsi asing lebih banyak lagi sampai 60 persen. Jadi kalau sebanyak itu investor asing, investor asing keluar, ekonomi Indonesia Goyah. Secara umum, hampir seluruh mata uang global mengalami depresiasi. Sebagai ilustrasi, mata uang Ringgit Malaysia melemah sebesar 13,3% (ytd), Korean Won melemah sebesar 7,9% (ytd) , Thailand Baht melemah sebesar 7,4% (ytd), Yen Jepang melemah 4,8% (ytd), Euro melemah sebesar 8,9% (ytd), Brasilian Real melemah 29,4% (ytd), dan Australian Dolar melemah sebesar 10,6% (ytd). Sementara Rupiah dari Januari hingga Minggu I Agustus 2015 melemah sebesar 9,8% (ytd).
Dampak
Melemahnya Rupiah
Minat beli atau daya
beli masyarakat terhadap barang import atau komoditi import menurun. Karena
dengan adanya kenaikan dollar atau melemahnya rupiah ini mengakibatkan lonjakan
harga bagi barang atau komoditi import, contohnya kenaikan harga harga
elektronik yang rata rata kita masih mengimport barang barang elektronik ini
dari luar. Dan contoh lainnya seperti harga tempe dan tahu yang naik
dikarenakan bahan baku utama nya yaitu kacang kedelai juga masih mengimport
dari luar negeri. Melonjaknya
komoditi import juga
berdampak
pada
biaya
produksi
pabrik
sehingga
akan
timbul
kemungkinan
pengurangan
jumlah
tenaga
kerja
untuk meminimalisir biaya operasional untuk kelangsungan hidup pabrik sendiri. Disamping
itu ada juga dampak positif dari melemahnya nilai tukar rupiah justru membuat
ekspor perikanan semakin meningkat, dan impor ikan semakin menurun. Dampak
lainnya, masyarakat jadi mendapat lebih banyak ikan karena illegal fishing berkurang drastis. Perbedaan kenaikan
kurs itu dapat digunakan untuk membeli alat, agar kualitas garam meningkat.
Sebab, saat ini banyak perusahaan yang mengimpor garam dari luar negeri karena
kualitas garam impor lebih bagus dari garam lokal. Dampak positif lainnya para pengusaha ekspor lebih
banyak mendapat keuntungan dikarenakan hasil penjualan diterima dalam bentuk
dollar.
Bentuk
Paragraf
Artikel
diatas merupakan bentuk Paragraf Deduktif karena menceritakan gambaran umum
tentang kurs mata uang Asing ke gambaran khusus yaitu kurs mata uang
Indonesia. Dan juga menceritakan gambaran tentang melemahnya Rupiah (UMUM)
kemudian menjelaskan dampak negatif maupun positif (Khusus).
Kesimpulan
dan Solusi:
Pemerintah dan Bank Indonesia (BI)
siap melakukan pembelian kembali (buyback) Surat Berharga Negara (SBN).
Pemerintah sebelumnya menyiapkan anggaran Rp 3 triliun untuk buyback SBN.
Jika keadaan lebih memburuk, bisa menggunakan bond stabilization framework.
Artinya melibatkan dana pensiun, dana menganggur di berbagai institusi untuk
ikut menyelamatkan SBN.
menganggarkan subsidi bunga Kredit
Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp 900 miliar dari target penyaluran KUR Rp 30
triliun. Pemerintah menetapkan bunga KUR turun dari 22 persen menjadi 12
persen.
Dan yang terpenting segera menaikan
percepatan pertumbuhan ekonomi dengan cara mempermudah administrasi dan
membangun infrastruktur untuk menunjang kegiatan para pengusaha ekspor.
Sumber Referensi :
http://bisnis.liputan6.com/read/2301156/jurus-pemerintah-dan-bi-selamatkan-ekonomi-ri
Comments
Post a Comment